Jumat, 09 Desember 2011

CERPEN

KETIKA FAJAR DATANG MENJEMPUTMU
Oleh Asma


Matahari berseri-seri menampakkan sinarnya yang masih lembut, embun  bagai mutiara menari-nari di atas bunga-bunga yang berjejeran di pintu masuk sebuah sekolah  yayasan yang terletak di salah satu kecamatan  di kab. Soppeng. Tepatnya adalah sekolahku yang tercinta dari TK, SD, sampai SMP. Bosan juga sih... selama 10 tahun berada di lingkungan sekolah yang sama. Ini karena kakek melarang  Aku sekolah di kota. Tiba-tiba dari kejauhan Aku melihat sosok gadis yang imut berambut pendek  dengan seragam putih biru sedang berjalan memasuki gerbang sekolah. Dia melambaikan tangan dan mendekat  memanggilku  Ris... meskipun nama lengkapku adalah Risma.
“Hai Indri” aku menyapanya.
Indri adalah salah satu temanku dari TK. Kami selalu bersama-sama di sekolah, namun  di luar sekolah kami jarang bersama karena jarak rumahnnya jauh dari rumahku.
“Besok kita penentuan Ris, pasti kita lulus semua. Rencana kamu mau mendaftar di SMA mana?” tanya Indri kepadaku dengan yakinnya kalau kita semua akan lulus.
Indri  mungkin tahu karena mamanya adalah salah satu guru di sekolah kami. Pikirku.
“Insya Allah di SMA yang sudah ku impikan, SMANSA Soppeng ( SMA unggulan di kab. Soppeng) nah kamu sendiri?” tanyaku balik
“Aku ingin di SMANTIG Ris, aku malas ikut tes di SMANSA”
jawab Indri dengan santainya.
“Ndri, kantin yuk ku belum sarapan nih!” ajak aku
“  ke kantin mba Nuni yah, aku pengen banget makan bakwan”.
“oke say”.
Kami pun berjalan menuju kantin.
,,,,,,

Gadis cantik berambut panjang keriting turun dari mobil, meskipun itu mobil pete-pete. Hehe...Melangkah menuju sebuah gerbang sekolah SMA dengan tiga orang temannya.  Tepatnya adalah Aku dan teman-teman. Kaki-kaki itu menuju ke sebuah papan pengumuman. Dengan jari-jari kutelusuri semua nama-nama yang ada di papan itu.
“yes Aku lulus” Teriak ketiga orang teman-teman Aku.
Aku jadi panik karena aku belum menemukan nama Risma tersenyum di papan pengumuman itu.
selamat yah Ris kamu lulus” Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari belakang mengucapkan selamat kepadaku.
“Rian, kamu lihat di mana namaku. Dari tadi Aku cari tapi tidak ada yang tertempel di sini?” Tanyaku Sambil menunjuk papan pengumuman itu.
 Rian adalah teman SD aku, nama lengkapnya adalah Adrian. Tamat SD dia lanjut ke pesantren. Tepatnya dia adalah udztas gagah. Hehe, karena begitu memang kenyataannya.
“tuh di bawah sana masih ada satu lagi papan pengumumannya, di situ nama kamu ada Ris” sambil menunjuk papan pengumuman yang berada di dekat tangga.
makasih yah Rian” Sambil berlari menuju papan pengumuman yang ditunjukkan oleh Rian tadi.
Alhamdulillah Aku benar-benar lulus
kataku dengan penuh rasa syukur.
Aku teringat dengan Indri, sahabatku.  Aku mengeluarkan handphone  dari tas biruku yang penuh dengan gambar-gambar boneka  dan segera mencari nama sahabatku itu di kontak Hp mungilku. Indri Cute, Aku menemukan namanya. Secepatnya Aku menyampaikan kabar gembira itu kepadanya.
,,,,,,,

Tak terasa sudah hampir dua tahun kami duduk di bangku SMA.  Aku dan Indri sudah jarang banget bertemu, mungkin karena kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Indri sudah punya banyak teman baru begitupun dengan Aku. Tapi salah satu teman sekelas Indri adalah Risna, sepupu Aku. Risna adalah sepupu sekaligus tetangga Aku juga, jadi  Aku banyak tahu tentang keadaan Indri. Aku juga sering bertemu Indri di rumah Riesna tapi kami hanya sekadar menyapa saja. Mungkin karena kami jarang bersama lagi apalagi sudah beda sekolah. Dari Risna lah Aku mengetahui semua kisah Asmara Indri di sekolah.
,,,,,,
Ketika bulan kembali menampakkan sinarnya yang murni nan indah di temani dengan bintang-bintang yang bekelap-kelip di langit. Dua orang gadis sedang tertawa riang di sebuah kamar yang dipenuhi dengan hiasan dan perabot serba biru. Malam itu Aku dan Risna sedang berbagi cerita mengenai kisah-kisah kami di sekolah. Tiba-tiba Risna menceritakan kisah Asmara Indri kepadaku.
Ris, akhir-akhir ini Indri sudah berubah sejak ia kenal dengan Andre”.  Kata Risna.
“Andre???  Tetangga Indri itu???”
 Aku sangat kaget mendengar sahabatku itu dekat dengan Andre.
Andre adalah seorang anak yatim piatu, namun hidupnya sangat berantakan. Dia senior kami di SMP akan tetapi dia di keluarkan dari sekolah karena sudah banyak melanggar peraturan sekolah. Dia juga sering  di dapat mencuri oleh teman-temannya.
“iya, tapi mereka tidak di restui sama orang tua Indri terutama mama Indri. Dia sangat marah ketika  Indri bertemu dengan Andre” Cerita Risna kepadaku.
“jadi mereka bertemunya di mana?” tanyaku penasaran.
Risna bercerita panjang lebar katanya Indri selalu di jemput  di Sekolah, tapi ketika mamanya mengetahui akan hal itu maka setiap pulang sekolah Indri selalu di jemput oleh papanya. Dia sangat disayang oleh papanya dan selalu dituruti kemauannya, tapi untuk kali ini tidak. Pokoknya banyak sekali yang Risna ceritakan tentang Indri kepadaku. Satu hal yang membuatku kaget ketika Risna menceritakan kepadaku bahwa Indri sering sakit dan sudah beberapa hari tidak pernah  masuk sekolah.
Malam yang begitu panjang bercerita dengan Risna mengenai sahabatku Indri. Waktu itu Risna menemaniku  di rumah Karena orang tuaku dan adik-adik  lagi ke rumah nenek.
,,,,,,

Jam menunjukkan pukul 15.00 WITA. Aku baru pulang dari sekolah.
Hufftttt capek banget....
“Risma.....”
 terdengar suara Risna memanggilku dari balik jendela rumahnya.
“ada apa Risna berteriak-teriak?”
tanyaku karena suara Risna yang begitu keras memnggilku.
“Indri Ris,,,,?”
“ada apa dengan Indri?” tanyaku penasaran.
Indri masuk rumah sakit Ris, kata orang dia mengidap penyakit kanker” Ujar Risna.
“kanker?” tanyaku
Aku sangat sedih mendengar kabar buruk mengenai Indri. Aku tidak menyangka penyakit ganas itu menyerang tubuh sahabatku. Aku melangkah menuju kamarku yang lumayan sempit itu dan segera ku ganti seragam putih abu-abu yang agak basah karena keringat. Aku meraih bantal kesayanganku dan terbaring lemas di tempat tidurku. Aku teringat dengan kata-kata Risna tadi mengenai penyakit Indri. Tak terasa air mata mengalir di pipi mungilku teringat akan kebersamaan Aku dengan Indri yang penuh dengan keceriaan ketika di SMP dulu.

Besoknya ketika jam istirahat  Aku mengajak teman-teman kelasku untuk menemaniku menjenguk Indri. Rumah sakit tempat Indri di rawat berada tepat di depan sekolah Aku. Ketika sampai di salah satu kamar di rumah sakit yang penuh dengan bau obat-obatan. Aku melihat sahabatku Indri terbaring lemah di atas kasur putih dan di tangannya terpasang selang infus. Aku tak kuasa melihat wajah mungil sahabatku itu bengkak dan berisi cairan-cairan kanker yang ganas itu. Air mataku mengalir melihat sahabatku itu.
tante Indri sakit kanker apa?” tanyaku kepada mama Indri yang sedang menangis memandang  anak perempuan satu-satunya itu terbaring lemah .
Indri Sakit kanker Ris, kata dokter dia terkena kanker  kelenjar” jawab mama indri disertai dengan tangis.
Karena waktu kami terbatas dan ingin kembali ke kelas, jadi kami pamit pulang.
“cepat sembuh Indri, supaya kamu bisa mengkuti ujian semester” ujarku kepada sahabatku Indri dengan berlinang air mata sebelum Aku meninggalkan kamar yang penuh dengan  bau obat-obatan itu.
Makasih Ris...”  suara yang begitu lemah keluar dari mulut Indri. Suaranya  tidak seperti yang sering Aku dengar dulu sejak bersama Indri.
,,,,,,
Adzan subuh dikumandangkan begitu nyaring terngiang di telingaku, Aku terbangun dari mimpi indahku. Tiba-tiba terdengar suara sirine  mobil ambulance lewat di depan rumahku. Aku tak peduli dengan suara itu, aku segerah mengambil air wudhu dan segerah melaksanakan shalat subuh. Setelah selesai shalat Aku kembali melanjutkan mimpi indahku. Namun ada aja yang mengganggu tidurku lagu dari Candy tiba-tiba terdengar dari bawah bantalku.
1 pesan diterima tertulis di layar handphoneku.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
 Saudara kita Indri telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Aku membaca pesan singkat itu dengan meneteskan air mata. Selamat tinggal sahabat Aku akan selalu mengenang kebersamaan kita. Cepat sekali engkau meninggalkan kami. Semoga kamu di terima di sisi Allah Swt. Indri meninggal setelah satu bulan terbaring di rumah sakit.
Ketika mentari kembali tersenyum di balik kesedihan keluarga dan sahabat-sahabat Indri.
Dengan berat Aku melangkahkan kaki naik ke rumah panggung yang dipenuhi dengan orang-orang berbalut pakaian hitam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an pengantar tidur panjang untuk sahabatku Indri. Perlahan Aku melangkah menuju suatu tempat dimana sahabatku terbujur kaku tanpa setetes darah pun di tubuhnya. Dengan tetesan air mata Aku membuka sebuah kain berwarna putih bersih dan ku pandangi wajah sahabatku untuk yang terakhir kalinya.  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar