Jumat, 09 Desember 2011

Penulisan Unsur Serapan


A.    Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur  dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’hommer par I’home. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua , unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
 Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal                                    pal
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe                                aerob
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin                      hemoglobin
ai tetap ai
trailer                                 trailer
au tetap au
audiogram                         audiogram
di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel                              kalomel
di muka e, I, oe, dan y menjadi s
central                               sentral
di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accommodation                 akomodasi
di muka e dan I menjadi menjadi ks
accessory                           aksesori
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
cholera                               kolera
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
machine                             mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
chek                                   cek                  
C (Sansekerta) menjadi s
Sastra                                sastra
e tetap e
effect                                 efek    
ea tetap ea
idealist                               idealis             
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer                         stratosfer                                
x di awal tetap x
xenon                                xenon
x pada posisi lain menjadi ks
executive                           eksekutif

catatan:
1.      Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.
2.      Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai abjad dalam bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf  itu di gunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

B.     Penulisan Singkatan
Singkatan  adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak eja huruf demi huruf.
1.      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Karmawijaya      
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A.                                    master or business administration
M.Sc.                                       master of science
2.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR                                        Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI                                       Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN                                                Garis-garis Besar Haluan Negara

3.      Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.                                           (dan lain-lain)
dsb.                                         (dan sebagainya)
dst.                                          (dan seterusnya)

Tetapi:
a.n.                                          (atas nama)
d.a.                                          (dengan alamat)
u.b.                                          (untuk beliau)

4.      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu                                           kuprum
TNT                                         trinitrotoluene
cm                                           sentimeter       





C.    Pemakaian Tanda Baca

a.      Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:
·         Ayahku tinggal di Solo.
·         Biarlah mereka duduk di sana.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:
a.
III.
Departemen Dalam Negri
A.
Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B.
Direktorat Jendral Agraria
1….























Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
5.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
7.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan
8.
Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
b.      Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:
·         Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
·         Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:
·         Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3a.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:
·         Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
3b.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:
·         Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
·         Dia tahu bahwa soal itu penting.
4.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:
·         ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
·         ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:
·         O, begitu?
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)

Misalnya:
·         Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
·         "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."
7.
Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:
·         Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
·         Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
·         Surabaya, 10 mei 1960
·         Kuala Lumpur, Malaysia
8.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)

Misalnya
·         Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
·         Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13.
Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.
c.       Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
d.      Tanda Titik Dua (:)
1a.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:
·         Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
1b.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan

Misalnya:
·         Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:
a.
Ketua
Sekretaris
Bendahara
 :
 :
 :
Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan

b.
Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu
 :
 :
 :
 :
Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
3.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu
 :
(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir
 :
"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu
 :
"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
4.
Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
e.       Tanda Hubung (–)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.

Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.

Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....
2.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

Misalnya:
·         ber-evolusi
·         dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)

Bandingkan dengan:
·         be-revolusi
·         dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap

Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
f.       Tanda Pisah (—)
1.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.

Misalnya:
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung

Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
g.      Tanda Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Misalnya:
·         Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya:
·         Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
h.      Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:
·         Kapan ia berangkat?
·         Saudara tahu, bukan?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya:
·         Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
·         Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
i.        Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
·         Alangkah seramnya peristiwa itu!
·         Bersihkan kamar itu sekarang juga!
j.        Tanda Kurung ((...))
1.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Misalnya:
·         Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya:
·         Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya:
·         Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
·         Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Misalnya:
·         Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
k.      Tanda Kurung Siku ([...])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:
·         Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya:
·         Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
l.        Tanda Petik ("...")
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya:
·         "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
·         Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:
·         Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:
·         Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
·         Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya:
·         Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya:
·         Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
·         Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
m.    Tanda Petik Tunggal ('...')
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:
·         Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
·         "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)

Misalnya:
·         feed-back 'balikan'
n.      Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut
(dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar
(harganya Rp25,00 tiap lembar)
o.      Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali 'kan kusurati.
('kan = akan)
Malam t'lah tiba.
('lah = telah)
1 Januari '88
('88 = 1988)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar