Sabtu, 10 Desember 2011

cerpen 2


 Tak Akan Ada Cinta Antara Aku dan Radit
Pusing...pusing... malam ini giliran aku yang jadi si pucing clalu setelah si Wahdah teman kampusku yang mendapat julukan itu. Kertas-kertas yang berserakan hampir memenuhi kamar kostku yang lumayan sempit ini tapi tugas mengarang belum selesai-selesai juga. Inilah risiko bagi mahasiswa pemalas seperti aku, baru akan bergerak kalau sudah diburu waktu. Aku menatap kertas putih yang penuh dengan garis-garis dan tanpa satu kata pun yang tertulis dari tinta pulpenku. Aku berpikir dan terus berpikir tapi tak satu pun judul cerpen yang bagus  terlintas di kepalaku.
Ting... terdengar dari atas meja, ku raih handphoneku. Sebuah pesan pendek muncul di layar handphoneku. Dari sepupu aku yang bernama “Radit”
D mana?
Hmm,,, daripada pusing mikirin tugas mending aku smsan aja ma dia. Pikirku
Dengan lincah ku balas smsnya dengan sedikit bercanda.
“d kost, k sni jalan2 yach a/ mw ajk aq jalan?” 
Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi
“klo k s2 bz tp lw mgjk km klwr jlan blm bz. Nnti lw dh pcran bru q ajk km kluar jlan”
Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang indah yang penuh dengan kebahagiaan dan berakhir dengan kehancuran keluarga.
Ketika itu aku masi duduk di bangku SMA kelas XII.
“huffttt panasnya”  teriakku sambil membuka helm yang dihiasi dengan stiker tweety dari atas kepalaku.  Kemudian aku melirik jam tangan sophie martinku  jam sudah menunjukkan pukul 4 sore Aku baru pulang dari sekolah karena ada pelajaran tambahan. Tiba-tiba seorang ibu-ibu yang bertubuh agak gemuk yang berparas cantik seperti putrinya  turun dari tangga. Ibu itu membawa segelas air es yang seakan-akan tersenyum dan memanggilku untuk segerah menyeduhnya.
“makasih ma”
dalam hitungan detik air es itu habis sampai tetes terakhir.
Hmmm, segar...
“ besok, si Clara akan datang dari kalimantan mewakili keluarganya ke pernikahaan Adit.” kata mamaku  sambil berjalan naik tangga dan memegang gelas kosong.
Aku sangat senang mendengar kabar kalau saudara sepupuku Clara akan datang. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya setelah  memberiku kado ultah di ultahku yang ke 16. Aku berlari masuk ke rumah, segerah ku ganti seragam putih abu-abu yang agak sedikit basah karena keringat. Sekarang hanya handuk biru yang melilit di tubuhku. Saatnya mandi...
Eh lagi asyiknya mandi  tiba - tiba aku mendengar handphoneku berbunyi . Gimana nih..., di Kamar tidak ada orang, terpaksa deh aku keluar berlilit handuk yang masih basah kuyup . ya, berhasil mencapai hanphoneku.
Clara  memanggil “ haloowww....
Dia memberitahuku kalau besok dia akan tiba dan menyuruhku untuk menunggunya di rumah Linda. Linda adalah saudara perempuan Adit. Sedikit kecewa sih karena dia tidak langsung ke rumahku. Tapi gak apalah, Linda  kan juga saudara sepupu aku sama seperti Clara. Semenjak kedua orang tuanya meninggal dia tinggal bersama ketiga saudara laki-lakinya itu Adit, Alfin, dan Armand. Kami sering ngumpul di rumahnya, apalagi akan ada acara.
,,,
             Bintang-bintang tak lagi menampakkan keindahannya dan bulan pun tak menebarkan senyumnya yang indah. Malam yang penuh dengan kegelapan tanpa bulan dan bintang. Air mata langit tumpah dan suara angin yang seakan ingin merobohkan rumah panggung yang beratapkan seng tempat kami berlindung. Hujan deras telah melanda kota Soppeng yang sering dijuluki kota kalong itu. Di  dalam sebuah rumah panggung sederhana tepatnya di ruang tamu terdapat enam anak manusia yang bercanda tawa. Maklum saja kami sudah lama tidak bertemu. Aku duduk di kursi panjang tepatnya antara Linda dan Adit, di depan meja ada Armand yang sibuk main game di laptonya sementara Alfin dan Clara duduk berdampingan di kursi yang kecil yang tidak muat untuk dua orang. Tapi itu kan sudah biasa karena kami adalah saudara.
Ra, kamu tambah hitam dech”
 ujar Adit dengan nada mengejek.
“iya Ra, agak gemuk juga. Kamu tidak perawatan lagi yach” sambung aku sambil membaca pesan yang baru masuk di Hpku.
“aku tidak cocok dengan lingkungan di sana, liat aja nanti kalau sudah satu minggu tinggal di sini pasti kulitku akan secerah dulu”
ujar Clara dengan maksud menjelaskan.
“kamu ga usah balik ke kalimantan, tinggal aja di sini Ra”.
Ujar Alfin sambil melirik ke arah Clara.
iya gak ada lo gak rame Ra”
Armand juga angkat bicara dan tidak memperhatikan kalau di layar laptopnya game over sudah menertawainya.
Percakapan yang panjang lebar di malam itu. Jam menunjukkan pukul 12.00 malam hujan belum juga reda. Kami putuskan untuk menuju ke tempat tidur.
                                                                          ,,,
            Di pagi yang sangat dingin itu, aku terbangun dan langsung melihat ke arah jendela pohon-pohon di samping rumah masih basah akibat hujan tadi malam. Kemudian aku berbalik,  Clara tidak ada di sampingku padahal aku satu kamar dengannya di kamar tamu. Aku cari ke kamar Linda di ruang tengah tapi gak ada juga dan kamar terakhir yang aku kunjungi adalah kamar Alfin yang berhadapan dengan kamar tamu.
            “bangun...bangun...
aku berteriak di dekat Alfin yang tubuhnya berbalut selimut tebal.
            “o my god”
dalam hatiku menjerit. Aku melihat dua orang dalam satu selimut.
            “Clara kamu di situ?” dengan ekspresi tidak menyangka.
”iya, tadi subuh Alfin nelpon katanya dia sakit jadi aku bangun ambilkan obat buat dia dan aku tertidur di sini” Clara meyakinkan aku sementara Alfin tidak peduli dia kembali ngorok.
            Aku percaya saja dengan penjelasan Clara. Aku dan Clara menuju ke dapur untuk bikin sarapan sementara Linda, Adit, Armand, dan Alfin masih ngorok di tempat tidur.
“meong...meong..meong” suara kucing.
            Mendengar suara itu aku dan Clara cepat-cepat ambil sesuatu yang bisa mengusir kucing itu. Di tangan Clara sudah ada sapu yang sudah  siap mengusir kucing itu. Kami cari suara itu ke setiap ruangan tapi kami tidak menemukan sosok kucing yang kami cari itu.
            “dasar aku tertipu” teriak Clara dari ruang tengah.
            Ternyata suara itu adalah nada dering dari Hp Alfin yang dicas di atas meja. Clara meraih handphone itu dari atas meja. Lima pesan diterima muncul di layar touch screen hp milik Alfin. Karena penasaran aku dan Clara membuka pesan itu tanpa isin Alfin.
            “met pagi sayang” pesan yang pertama datang dari Karin.
Muka Clara sudah seperti jerut purut. Ternyata kelima pesan tersebut isinya sama dengan nama yang berbeda dan cara penulisannya yang tidak sama.
            “Dasar playboy” ujarku . Tapi semua orang sudah tahu kalau Alfin memang playboy termasuk Clara.
            “Clara kenapa, kok dia yang marah-marah?”.  pikirku dengan penuh kecurigaan.
            Dengan muka cemberut Clara menghubungi satu persatu nomor cewek itu dan mengatakan kalau Alfin itu playboy dan menghapus lima nomor cewek itu. Kemudian dia menceritakan hubungannya dengan Alfin. Ternyata mereka sudah lama pacaran tanpa sepengetahuan keluarga. Mereka jadian waktu acara pernikahaan sepupuku Andien satu tahun lalu.
            “Dalam keluarga kita Ra, dilarang pacaran dengan sepupu karena kata om Rahman kita semua masi ada hubungan darah” berusaha mengingatkan Clara.
            “Aku tahu itu As, aku juga tahu kalau Alfin itu playboy. Tapi aku sayang ma dia dan aku juga yakin kalau dia tidak mungkin menyakitiku. Tidak mungkin dia tega menyakiti keluarganya sendiri”
Ujar Clara dengan penuh keyakinan kalau Alfin tidak akan menyakitinya dan seakan-akan Alfin adalah orang yang dikirim Tuhan untuknya.
                                                                          ,,,
            Clara kemudian berani menceritakan hubungannya dengan Alfin ke keluarga yang lain termasuk ke mamaku. Karena melihat hubungan mereka yang sudah serius semua keluarga dari pihak ayahnya atau semua keluarga akulah terpaksa menyetujuinya, tapi dari pihak ibunya tidak setuju. Clara selalu memamerkan cincin pemberian Alfin ke semua orang yang ia kenal. Dia bahkan kenal dengan teman-teman kerja Alfin. Teman cowok Clara banyak karena dia memang termasuk orang yang cepat akrab dengan orang lain. Alfin jenuh dengan sikap Clara.
            “tidak baik dek kalau cewek punya banyak teman cowok seperti Clara, beda dengan cowok yang punya banyak teman cewek itu wajar” ujar si playboy Alfin kepada saya. Alfin curhat kepadaku mengenai sikap aneh Clara.
            Sejak itulah sikap Alfin ke Clara berubah tidak seperti dulu. Tapi Clara tidak menyadari hal itu dia mengira kalau Alfin sibuk di kantor. Padahal Alfin jaga jarak dengannya.
                                                                          ,,,
            Setelah pernikahan Adit. Clara memutuskan untuk kembali ke Kalimantan. Ternyata itulah terakhir kebersamaan kami. Beberapa bulan kemudian Linda juga menikah dengan pengusaha kaya. Kemudian giliran Alfin dijodohkan dengan teman kantornya membuat hubungan keluarga jadi tidak baik. Keluarga sendiri jadi musuh akibat cinta Clara dengan Alfin. Semua saling menyalahkan. Clara yang sakit hati bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di rumah Alfin. Clara sangat malu dan orang tua Clara menyalahkan mamaku yang menyetujui perjodohan itu. Pokoknya sejak itu keluarga kami jadi berantakan. Kebersamaan yang indah itu hanya tinggal kenangan.
Tidak terasa air mataku mengalir dan membuat bantal merah yang penuh gambar boneka basah karena air mataku. Mataku tertuju pada jam beker warna merah yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
            Ting... satu pesan diterima dari Radit. Ternyata Radit belum tidur.
“ Aq tdk bz tidur mmikrknmu terus, km mmng saudara sepupuku  tp rasa sayangq  padamu  lbih dr itu. Aq  harap km mau jadi pcrku sepupuku yg cantik”.
Dengan mata sipit yang sudah tidak tahan lagi untuk segerah berada di alam mimpi. Aku sempat balas sms Radit
”kamu gila Dit, sepupu tdk bleh dipupuk”
Ting...ting...ting... sms dari Radit lagi yang membuat rasa kantukku jadi hilang.
”boleh yah, hx kmu yang aQ yg aku suka. tdk ad UU klau aq tdk ble pcrn ma km”
            Aku tersenyum membaca pesan itu, Awalnya aku kira dia bercanda tapi lama kelamaan aku smsan dengannya ternyata dia serius dengan kata-katanya. Aku hanya menganggap dia seperti kakak kandungku sendiri sama halnya dengan sepupu-sepupuku yang lain. Dia ngotot ingin pacaran denganku.  Akan tetapi jawaban yang  tepat buat Radit sepupuku yang  ganteng itu adalah  ‘tidak’. 
                                               ,,,


Pusing...pusing... malam ini giliran aku yang jadi si pucing clalu setelah si Wahdah teman kampusku yang mendapat julukan itu. Kertas-kertas yang berserakan hampir memenuhi kamar kostku yang lumayan sempit ini tapi tugas mengarang belum selesai-selesai juga. Inilah risiko bagi mahasiswa pemalas seperti aku, baru akan bergerak kalau sudah diburu waktu. Aku menatap kertas putih yang penuh dengan garis-garis dan tanpa satu kata pun yang tertulis dari tinta pulpenku. Aku berpikir dan terus berpikir tapi tak satu pun judul cerpen yang bagus  terlintas di kepalaku.
Ting... terdengar dari atas meja, ku raih handphoneku. Sebuah pesan pendek muncul di layar handphoneku. Dari sepupu aku yang bernama “Radit”
D mana?
Hmm,,, daripada pusing mikirin tugas mending aku smsan aja ma dia. Pikirku
Dengan lincah ku balas smsnya dengan sedikit bercanda.
“d kost, k sni jalan2 yach a/ mw ajk aq jalan?” 
Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi
“klo k s2 bz tp lw mgjk km klwr jlan blm bz. Nnti lw dh pcran bru q ajk km kluar jlan”
Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang indah yang penuh dengan kebahagiaan dan berakhir dengan kehancuran keluarga.
Ketika itu aku masi duduk di bangku SMA kelas XII.
“huffttt panasnya”  teriakku sambil membuka helm yang dihiasi dengan stiker tweety dari atas kepalaku.  Kemudian aku melirik jam tangan sophie martinku  jam sudah menunjukkan pukul 4 sore Aku baru pulang dari sekolah karena ada pelajaran tambahan. Tiba-tiba seorang ibu-ibu yang bertubuh agak gemuk yang berparas cantik seperti putrinya  turun dari tangga. Ibu itu membawa segelas air es yang seakan-akan tersenyum dan memanggilku untuk segerah menyeduhnya.
“makasih ma”
dalam hitungan detik air es itu habis sampai tetes terakhir.
Hmmm, segar...
“ besok, si Clara akan datang dari kalimantan mewakili keluarganya ke pernikahaan Adit.” kata mamaku  sambil berjalan naik tangga dan memegang gelas kosong.
Aku sangat senang mendengar kabar kalau saudara sepupuku Clara akan datang. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya setelah  memberiku kado ultah di ultahku yang ke 16. Aku berlari masuk ke rumah, segerah ku ganti seragam putih abu-abu yang agak sedikit basah karena keringat. Sekarang hanya handuk biru yang melilit di tubuhku. Saatnya mandi...
Eh lagi asyiknya mandi  tiba - tiba aku mendengar handphoneku berbunyi . Gimana nih..., di Kamar tidak ada orang, terpaksa deh aku keluar berlilit handuk yang masih basah kuyup . ya, berhasil mencapai hanphoneku.
Clara  memanggil “ haloowww....
Dia memberitahuku kalau besok dia akan tiba dan menyuruhku untuk menunggunya di rumah Linda. Linda adalah saudara perempuan Adit. Sedikit kecewa sih karena dia tidak langsung ke rumahku. Tapi gak apalah, Linda  kan juga saudara sepupu aku sama seperti Clara. Semenjak kedua orang tuanya meninggal dia tinggal bersama ketiga saudara laki-lakinya itu Adit, Alfin, dan Armand. Kami sering ngumpul di rumahnya, apalagi akan ada acara.
,,,
             Bintang-bintang tak lagi menampakkan keindahannya dan bulan pun tak menebarkan senyumnya yang indah. Malam yang penuh dengan kegelapan tanpa bulan dan bintang. Air mata langit tumpah dan suara angin yang seakan ingin merobohkan rumah panggung yang beratapkan seng tempat kami berlindung. Hujan deras telah melanda kota Soppeng yang sering dijuluki kota kalong itu. Di  dalam sebuah rumah panggung sederhana tepatnya di ruang tamu terdapat enam anak manusia yang bercanda tawa. Maklum saja kami sudah lama tidak bertemu. Aku duduk di kursi panjang tepatnya antara Linda dan Adit, di depan meja ada Armand yang sibuk main game di laptonya sementara Alfin dan Clara duduk berdampingan di kursi yang kecil yang tidak muat untuk dua orang. Tapi itu kan sudah biasa karena kami adalah saudara.
Ra, kamu tambah hitam dech”
 ujar Adit dengan nada mengejek.
“iya Ra, agak gemuk juga. Kamu tidak perawatan lagi yach” sambung aku sambil membaca pesan yang baru masuk di Hpku.
“aku tidak cocok dengan lingkungan di sana, liat aja nanti kalau sudah satu minggu tinggal di sini pasti kulitku akan secerah dulu”
ujar Clara dengan maksud menjelaskan.
“kamu ga usah balik ke kalimantan, tinggal aja di sini Ra”.
Ujar Alfin sambil melirik ke arah Clara.
iya gak ada lo gak rame Ra”
Armand juga angkat bicara dan tidak memperhatikan kalau di layar laptopnya game over sudah menertawainya.
Percakapan yang panjang lebar di malam itu. Jam menunjukkan pukul 12.00 malam hujan belum juga reda. Kami putuskan untuk menuju ke tempat tidur.
                                                                          ,,,
            Di pagi yang sangat dingin itu, aku terbangun dan langsung melihat ke arah jendela pohon-pohon di samping rumah masih basah akibat hujan tadi malam. Kemudian aku berbalik,  Clara tidak ada di sampingku padahal aku satu kamar dengannya di kamar tamu. Aku cari ke kamar Linda di ruang tengah tapi gak ada juga dan kamar terakhir yang aku kunjungi adalah kamar Alfin yang berhadapan dengan kamar tamu.
            “bangun...bangun...
aku berteriak di dekat Alfin yang tubuhnya berbalut selimut tebal.
            “o my god”
dalam hatiku menjerit. Aku melihat dua orang dalam satu selimut.
            “Clara kamu di situ?” dengan ekspresi tidak menyangka.
”iya, tadi subuh Alfin nelpon katanya dia sakit jadi aku bangun ambilkan obat buat dia dan aku tertidur di sini” Clara meyakinkan aku sementara Alfin tidak peduli dia kembali ngorok.
            Aku percaya saja dengan penjelasan Clara. Aku dan Clara menuju ke dapur untuk bikin sarapan sementara Linda, Adit, Armand, dan Alfin masih ngorok di tempat tidur.
“meong...meong..meong” suara kucing.
            Mendengar suara itu aku dan Clara cepat-cepat ambil sesuatu yang bisa mengusir kucing itu. Di tangan Clara sudah ada sapu yang sudah  siap mengusir kucing itu. Kami cari suara itu ke setiap ruangan tapi kami tidak menemukan sosok kucing yang kami cari itu.
            “dasar aku tertipu” teriak Clara dari ruang tengah.
            Ternyata suara itu adalah nada dering dari Hp Alfin yang dicas di atas meja. Clara meraih handphone itu dari atas meja. Lima pesan diterima muncul di layar touch screen hp milik Alfin. Karena penasaran aku dan Clara membuka pesan itu tanpa isin Alfin.
            “met pagi sayang” pesan yang pertama datang dari Karin.
Muka Clara sudah seperti jerut purut. Ternyata kelima pesan tersebut isinya sama dengan nama yang berbeda dan cara penulisannya yang tidak sama.
            “Dasar playboy” ujarku . Tapi semua orang sudah tahu kalau Alfin memang playboy termasuk Clara.
            “Clara kenapa, kok dia yang marah-marah?”.  pikirku dengan penuh kecurigaan.
            Dengan muka cemberut Clara menghubungi satu persatu nomor cewek itu dan mengatakan kalau Alfin itu playboy dan menghapus lima nomor cewek itu. Kemudian dia menceritakan hubungannya dengan Alfin. Ternyata mereka sudah lama pacaran tanpa sepengetahuan keluarga. Mereka jadian waktu acara pernikahaan sepupuku Andien satu tahun lalu.
            “Dalam keluarga kita Ra, dilarang pacaran dengan sepupu karena kata om Rahman kita semua masi ada hubungan darah” berusaha mengingatkan Clara.
            “Aku tahu itu As, aku juga tahu kalau Alfin itu playboy. Tapi aku sayang ma dia dan aku juga yakin kalau dia tidak mungkin menyakitiku. Tidak mungkin dia tega menyakiti keluarganya sendiri”
Ujar Clara dengan penuh keyakinan kalau Alfin tidak akan menyakitinya dan seakan-akan Alfin adalah orang yang dikirim Tuhan untuknya.
                                                                          ,,,
            Clara kemudian berani menceritakan hubungannya dengan Alfin ke keluarga yang lain termasuk ke mamaku. Karena melihat hubungan mereka yang sudah serius semua keluarga dari pihak ayahnya atau semua keluarga akulah terpaksa menyetujuinya, tapi dari pihak ibunya tidak setuju. Clara selalu memamerkan cincin pemberian Alfin ke semua orang yang ia kenal. Dia bahkan kenal dengan teman-teman kerja Alfin. Teman cowok Clara banyak karena dia memang termasuk orang yang cepat akrab dengan orang lain. Alfin jenuh dengan sikap Clara.
            “tidak baik dek kalau cewek punya banyak teman cowok seperti Clara, beda dengan cowok yang punya banyak teman cewek itu wajar” ujar si playboy Alfin kepada saya. Alfin curhat kepadaku mengenai sikap aneh Clara.
            Sejak itulah sikap Alfin ke Clara berubah tidak seperti dulu. Tapi Clara tidak menyadari hal itu dia mengira kalau Alfin sibuk di kantor. Padahal Alfin jaga jarak dengannya.
                                                                          ,,,
            Setelah pernikahan Adit. Clara memutuskan untuk kembali ke Kalimantan. Ternyata itulah terakhir kebersamaan kami. Beberapa bulan kemudian Linda juga menikah dengan pengusaha kaya. Kemudian giliran Alfin dijodohkan dengan teman kantornya membuat hubungan keluarga jadi tidak baik. Keluarga sendiri jadi musuh akibat cinta Clara dengan Alfin. Semua saling menyalahkan. Clara yang sakit hati bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di rumah Alfin. Clara sangat malu dan orang tua Clara menyalahkan mamaku yang menyetujui perjodohan itu. Pokoknya sejak itu keluarga kami jadi berantakan. Kebersamaan yang indah itu hanya tinggal kenangan.
Tidak terasa air mataku mengalir dan membuat bantal merah yang penuh gambar boneka basah karena air mataku. Mataku tertuju pada jam beker warna merah yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
            Ting... satu pesan diterima dari Radit. Ternyata Radit belum tidur.
“ Aq tdk bz tidur mmikrknmu terus, km mmng saudara sepupuku  tp rasa sayangq  padamu  lbih dr itu. Aq  harap km mau jadi pcrku sepupuku yg cantik”.
Dengan mata sipit yang sudah tidak tahan lagi untuk segerah berada di alam mimpi. Aku sempat balas sms Radit
”kamu gila Dit, sepupu tdk bleh dipupuk”
Ting...ting...ting... sms dari Radit lagi yang membuat rasa kantukku jadi hilang.
”boleh yah, hx kmu yang aQ yg aku suka. tdk ad UU klau aq tdk ble pcrn ma km”
            Aku tersenyum membaca pesan itu, Awalnya aku kira dia bercanda tapi lama kelamaan aku smsan dengannya ternyata dia serius dengan kata-katanya. Aku hanya menganggap dia seperti kakak kandungku sendiri sama halnya dengan sepupu-sepupuku yang lain. Dia ngotot ingin pacaran denganku.  Akan tetapi jawaban yang  tepat buat Radit sepupuku yang  ganteng itu adalah  ‘tidak’. 
                                               ,,,

Puisi


kumenantimu
Malam sunyi nang hening
Kududuk termenung seorang diri
Pikiran melayang dalam sepi
Kumerana dalam kesendirianku
Kasihku…
Tahukah engkau?
Dinginnya malam menusuk di kalbuku
Selaksa resah dalam hati dan jiwaku
Berharap bintang kembali tersenyum
Namun kau tak pernah hadir
Dalam setiap kerinduan di hati
Kasihku…
Kini rembulanpun tak lagi menampakkan sinarnya
Seakan ikut larut dalam kesedihanku
Di mana ku harus membuang rasa ini
Rasa yang yang begitu merekat dalam benakku
Kasihku…
Kuharap semua ini hanya mimpi
Hanya khayalanku
Mengitari taman yang penuh duri
Yang perih bila kuterjatuh


Puisi
Maafkan Aku
Maafkan aku sahabatku…
Hari ini ku benar-benar berada dalam suatu lingkaran hitam
Ku tak pernah peduli siapa pun di sekitarku
Kalau rasa itu sudah timbul dalam benakku
Rasa yang begitu perih terpendam di hatiku
Di mana semuanya akan jadi korban
Ucapan yang akan menjadi duri
Bagi insan yang tidak mengerti
Maafkan aku…
Maafkan…
Hari ini duri itu telah menusuk hatimu
Sahabatku…

PUISI
Demi Impian
Dari kejauhanterlihatsebuahistanapendidikan
Istana yang di impikanolehsetiapinsan
Ku beranikandiritukjadipenghuni di dalamnya
Pengorbanan demi pengorbanankulalui
Panasterik sang mentari yang terusmembakarkulitku
Antriandariberiburibuinsan yang hausakanilmu
Dapatkulaluidengansemangat yang membara
Demi mendapatsuatuajaranhidup
Demi mencapaisuatuimpian
Namun,  ituadalahpengorbanan yang tidaksiasia
Ketikakulihatbarisanberibunama
Tertuliskan di lembarankoranibukota
Ku pandangisatupersatu
Bibirmembisuseketika
Takmampumengucapkan kata terindah
Kecuali, rasa syukurkukepada-Nya
Ketikakutemukansebuahnama yang tersenyumkepadaku
Nama yang kusangkatelahtewasdalamperang.



Puisi
What’s love?
Akulahirkarenacinta
Akuhidupkarenacinta
Akubahagiakarenacinta
Akumenangiskarenacinta
Semuakarenacinta…
Namun, akutakmengerti
Apasebenarnyaitucinta?
Apakahhidupituadalahcinta?